Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2020

Pakaianku, kebahagiaanku

Beberapa hari ini, aku rajin memperhatikan kakak-kakak ke mushala kampus. Mereka terlihat anggun dengan jilbab lebarnya. Saat mereka berjalan bersama-sama, aku sampai terkesima dibuatnya. Aku pun heran, entah apa yang membuat pemandangan itu begitu menarik. Terutama di siang hari yang panas. Saat mereka melintas kelasku, seakan-akan panas yang terik menjadi lebih teduh.  Lepas jam kuliah, aku langsung menuju musala kampus. Seperti biasa, aku punya kebiasaan menanti jam salat zuhur. Tak banyak teman yang senang ke musala. Mereka lebih suka langsung pulang saja. Atau lebih memilih duduk di bangku koridor kampus. Sendirian. Duduk ambang pintu. Seorang kakak kelas memakai jilbab lebar dan baju panjang tersenyum setelah mengucapkan salam. Aku lama menjawab salamnya. Sibuk memperhatikan jilbab dan gamis yang terlihat serasi di tubuhnya. "Wa-alaikumussalam," jawabku terbata. Sang kakak mengulurkan tangan padaku. Kusambut tangan berjari lentik itu dan memasang senyum termanis yang ku

Jangan Abaikan Anak

Anak-anak yang sering ditolak, perasaannya diabakan, akan tumbuh menjadi anak tanpa rasa empati. Bisa meniru, tak bisa merasa. Itulah yang aku lihat dari NF. Entah ada berapa banyak anak yang hidup dalam pengabaian orang tua. Faktanya, walau anak tersebut bukan hidup bersama ibu tiri, dengan ibu kandungnya saja kadang ada yang diabaikan.  Sebutlah namanya Bunga. Aku sering sedih dengar ceritanya. Hidup dalam kesepian seperti hidup tanpa ayah, ibu dan saudara. Padahal ia punya kakak perempuan. Ayah dan ibu juga ada. Di rumah, ayah tiri juga ada. Namun tak seorang pun peduli pada Bunga. Anak kelas 1 SMP yang semestinya masih butuh amat banyak perhatian dan tuntunan.  Ayah kandung, sibuk bekerja. Ayah tiri apalagi. Ibu, pergi pagi sekali sebelum Bunga bangun bahkan. Kakak, tak pernah menganggap gadis yang baru tumbuh itu ada. Pulang dan pergi sesukanya tanpa sepatah kata pun. Bunga, pergi sekolah selalu terlambat diantar oleh seorang yang dibayar untuk mengantar jemputnya. Tugas sekolah d

Saat Mengajak Ananda Berenang

Gambar
 sore tadi baru pulang dari kolam renang. Dalam perjalanan pulang, aku ceramah panjang lebar tentang pentingnya menjaga pandangan. Secara anakku kan laki dua orang.  Mungkin kita beranggapan biasa ya, lihat anak kecil nggak pakai sehelai kain di depan keramaian mungkin. Apalagi di depan anak laki-laki seusianya. Kayak tadi di kolam. Dengan santainya si anak yang kulihat sepertinya berumur 7-8 tahunan itu membuka helai demi helai pakaian sampai ke dalamannya saat aku tiba di pancuran. Tempat laki-laki yang selesai berenang membersihkan diri dari air kolam.  Ibu si anak juga ada di situ. Tetapi ia nggak perhatian sama apa yang dilakukan si anak. Ia sibuk mengobrol dengan orang lain. Dan, si anak pun sepertinya biasa aja bersikap begitu. Sampai aku nggak tahan hati lihatnya, kucoba sampaikan supaya ia pakai dalamannya. Tapi ia ngotot tak apa. Namanya nggak kenal. Wajarlah dia nggak mau nurut. Siapa 'elo', barangkali pikirnya. 😬 Hingga seorang ibu yang sama-sama pakai