Saat Mengajak Ananda Berenang

 sore tadi baru pulang dari kolam renang. Dalam perjalanan pulang, aku ceramah panjang lebar tentang pentingnya menjaga pandangan. Secara anakku kan laki dua orang. 

Mungkin kita beranggapan biasa ya, lihat anak kecil nggak pakai sehelai kain di depan keramaian mungkin. Apalagi di depan anak laki-laki seusianya.

Kayak tadi di kolam. Dengan santainya si anak yang kulihat sepertinya berumur 7-8 tahunan itu membuka helai demi helai pakaian sampai ke dalamannya saat aku tiba di pancuran. Tempat laki-laki yang selesai berenang membersihkan diri dari air kolam. 

Ibu si anak juga ada di situ. Tetapi ia nggak perhatian sama apa yang dilakukan si anak. Ia sibuk mengobrol dengan orang lain. Dan, si anak pun sepertinya biasa aja bersikap begitu. Sampai aku nggak tahan hati lihatnya, kucoba sampaikan supaya ia pakai dalamannya. Tapi ia ngotot tak apa. Namanya nggak kenal. Wajarlah dia nggak mau nurut. Siapa 'elo', barangkali pikirnya. 😬

Hingga seorang ibu yang sama-sama pakai jilbab hitam kayak aku lewat dan bilang ke aku. "Eh itu kok dibiarin telanjang gitu. Nggak khawatir pelecehan seksual di mana-mana." Deg. Aku tersentak. Sepertinya dia beranggapan itu adalah anakku. Padahal anakku si Hayyin yang lagi main  air pancuran sebelah. Walau masih kecik, diapun nggak kubiarin tanpa penutup sedikitpun.

Kucoba lirik mamak si Anak. Fyuh, masih saja ngobrol sampai si Anak menyelesaikan aksinya. Dan ketika aku balik badan, ada dua anak laki-laki ku yang mengikutiku. Jadi kebat-kebit. Kulihat si Abang buang muka. Sementara adeknya cengengesan (yang satu ini suka penasaran apa aja).Tambah bikin khawatir, jangan-jangan mereka sempat menikmati pemandangan tadi. 

Sebagai sesama perempuan dan juga mamak yang punya anak yang suka ke kolam renang, aku cuma ingin bilang, duhai Mamak, tolonglah kalau ke kolam renang itu anaknya yang perempuan maupun laki-laki apalagi usia pra baligh awal ( 7-10) itu jangan dibiarkan bertelanjang ria di hadapan orang banyak. Terutama yang perempuan. Kasian itu auratnya jadi tontonan anak-anak yang nggak pernah lihat kayak gitu. Apalagi jika sampai merangsang rasa ingin tahu si Anak yang melihat nantinya. 

Belum lagi, dalam keramaian seperti itu, aku nggak yakin semua orang baik-baik saja isi kepalanya. Pernah kan kita dengar pelecehan seksual di mana-mana. Dan, anak kecil sekalipun bisa saja jadi korbannya. 

Cobalah ajak anak ke kamar mandi untuk bebersih diri. Dan jangan izinkan ia buka dulu pakaian sebelum masuk ke tempat tertutup. 

Kalau pun kamar mandi lagi penuh dan ia harus mandi di pancuran. Jangan izinkan ia tanggalkan semua pakaiannya. Kalau perlu bawa kain panjang atau sarung, deh. Supaya kalau ada kondisi darurat gitu, aurat si anak tetap terjaga. Nggak dinikmati semua mata. 

Malu itu fitrah. Harus dipupuk dan ditanamkan. Sehingga kita nggak rentan melakukan kemaksiatan. Ia harus ditanamkan sejak dini. Sejak usia 4 tahun pun anak sebenarnya sudah punya aurat yang nggak bisa sembarang mereka perlihatkan sama siapa saja. 

Karena malu, manusia akan senantiasa terjaga.
Karena malu iman akan semakin bertambah.
Sebab itu pula, kalau dalam Islam dikatakan kalau malu itu bagian dari iman. Seperti dalam sebuah hadist Rasulullah, 

Sifat malu ini juga merupakan bagian dari iman, sebagaimana disampaikan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dari Abu Hurairah,

 “Iman itu bercabang tujuh puluh lebih atau enam puluh lebih, yang paling utama adalah kalimat la illaha illallah dan yang paling rendah adalah menyingkirkan rintangan dari jalan, dan malu termasuk cabang dari iman.” (HR. Bukhari & Muslim

Aku ingat ini dulu disampaikan juga sama tengku (guru ngaji aku di kampung waktu kecil) saat ada yang kelihatan rambutnya waktu mengaji. 

Dalam buku yang berjudul 'Adik Bayi Datang dari Mana?' dr. Boyke juga mengingatkan para orang tua agar mengganti pakaian si Kecil di tempat tertutup, sekalipun di rumah sendiri. Menurut beliau, ganti pakaian harus di dalam kamar tidur atau kamar mandi dengan tidak lupa menutup pintu.

Beliau juga menyampaikan agar tidak berganti pakaian di depan lawan jenis. Meski itu saudaranya sendiri. Dan jangan membiarkan anak berkeliaran dalam rumah dengan pakaian dalam saja atau pakai handuk. (Yang ini saya juga sering lihat, meskipun udah besar, anak-anak ini dibiarkan pakai singlet di rumah. Alasannya, biar nggak banyak kain kotor.

Jadi Mak, sekali lagi. Aku mohon dengan sangat. Saat kita habis berenang di kolam, jangan biarkan anak-anak kita keliaran dan nggak pakai pakaian sedikitpun di depan orang ramai. Oke! Oke dong, ya. Siapa lagi yang jaga anak kita, kalau bukan kita, kan.

Waspadalah sedikit dengan isi kepala orang. Apalagi sekarang ada yang berpikiran. Kalau berenang laki-laki perempuan itu juga bikin tekdung. Tambah ngeri kan, Mak. 😑

Sekian Omelan hari ini. 

Efek nggak bisa omelin mamak si Anak. Jadinya numpang ngomel di sini😌

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hokben, Pilihan Keluarga Kita

Menjadi Mentor Menulis

Liburan ke Takengon