PKS dan kemanusiaan

Ibukota dan sekitarnya sedang banjir besar. Ada yang terjebak di lantai dua. Ada yang barang-barangnya hanyut dibawa banjir. Bahkan termasuk kendaraan. Bahkan ada yang menahan lapar selama beberapa hari. Hiks. Sedih.

Terbayang, pasti amat mengerikan. Jadi teringat tsunami dulu yang membawa semua yang kita sayangi.

Beberapa tahun lalu, saat tinggal di Lhokseumawe. Aku juga pernah mengalami hal yang sama. Banjir yang datang tak terduga akibat hujan yang turun terus menerus membuat rumahku di huni air setinggi lutut orang dewasa. Tak terbayang jika anak-anak yang berada di dalamnya. Kala itu anakku yang paling kecil berusia 3 tahun.

Kebetulan rumahku adalah rumah lama. Jadi lantainya rendah dan amat rentan terendam banjir walau sedikit.

Beberapa hari kami tinggal bertemakan gemericik air di dalam rumah. Hingga akhirnya kami bahkan nggak bisa masak lagi. Karena gas juga ikut membeku dan stok bahan makanan juga habis.

Saat itu, Sosok yang paling mengkhawatirkan kami waktu itu bukanlah tetangga yang nggak ikut kebanjiran parah kayak aku. Bukan pula saudara yang memiliki darah yang sama. 

Tapi teman yang jauh dan  bahkan jarang berinteraksi dengan beliau. Beliau pemimpin PKS waktu itu di kota kami. Beliau dan istrinyalah yang amat mengkhawatirkan kami layaknya anak sendiri. Bolak-balik nelpon menanyakan kabar kami dan anak-anak. Dan mengingatkan kami agar pindah dulu sementara dari rumah.

Begitu pula teman-teman PKS yang lain. Merekalah yang lebih dulu perhatian terhadap kami. Mengirimkan kami makanan setiap jam makan tiba. Tak peduli harus mengarungi banjir dan hujan yang masih terus memayungi kota. Padahal aku tinggal di kampung halaman dengan berderetan kerabat. Tapi, merekalah yang perhatian pada keluarga kami.

Beruntungnya lagi, aku punya tetangga selang beberapa rumah yang orang PKS juga. Merekalah yang akhirnya menampung kami. Bersyukur sekali, dan akhirnya bisa tidur dan duduk dengan nyaman tanpa khawatir air.

Disitulah aku baru tahu, siapa temanku sesungguhnya. Mereka bukan orang yang selalu bertemu denganku. Bukan pula orang yang memiliki hubungan darah denganku. Tetapi, mereka adalah manusia-manusia dengan hati tulus mempersaudarakan sesama muslim.

Tabarakallah....

Benar sekali ucapan Ali bin Thalib suatu ketika," Aku akan tahu siapa temanku sebenarnya saat mengalami kesusahan,"

#catatanawaltahun2020

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hokben, Pilihan Keluarga Kita

Menjadi Mentor Menulis

Liburan ke Takengon